Categories
Alkitab Nubuat

Kitab Nahum: Murka TUHAN

Lukisan “Kejatuhan Niniwe” oleh John Martin

Nahum adalah salah satu nabi yang, seperti dengan Obaja dan Yunus, diutus Allah untuk bernubuat hanya kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Antara Nahum dan Yunus ada jarak waktu minimal sekian puluh tahun. Pada masa Yunus, Niniwe merespon nubuatnya dengan positif dan mereka bertobat. Namun setelah itu bangsa Asyur semakin jahat dan kejam, sehingga akhirnya Allah mengutus Nahum untuk menyampaikan vonis hukuman. Karena besarnya murka Allah dan beratnya hukuman yang akan mereka terima, pembukaan kitab ini berbunyi:

Ucapan ilahi (משׂא masa, yang berarti “beban”) tentang Niniwe.

Nahum 1:1

Bagi seorang nabi, menyampaikan penghakiman bukan hal yang menyenangkan. Namun tidak ada yang bisa ia lakukan, karena Niniwe telah begitu jahat di mata Allah. Ayat berikutnya mungkin mengejutkan, bahkan bagi orang-orang yang familiar dengan Alkitab sekalipun.

TUHAN Yang Penuh Murka

TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas,
TUHAN itu pembalas dan penuh kehangatan amarah.
TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya
dan pendendam kepada para musuh-Nya.

Nahum 1:2

Cemburu (קנאה qinah) bisa diartikan “menggebu-gebu” atau “berapi-api” – untuk apa? Untuk menumpahkan amarah. Seperti gunung berapi yang sudah waktunya memuntahkan lahar panas, demikianlah TUHAN dalam cemburu-Nya karena kejahatan manusia.

Gunung berapi Mauna Loa

Pembalas (נקם naqam) telah kita dengar perkataan TUHAN bahwa, “Hak-Kulah dendam dan pembalasan” (Ulangan 32:35). Karena Dia benar dan adil sepenuhnya, maka Dia berhak membalas orang-orang yang melanggar keadilan-Nya. Perlakuan Asyur terhadap musuh-musuh mereka, manusia yang diciptakan segambar dengan Allah, sangat keji; itu semua menumpuk pelanggaran mereka yang akhirnya harus dibalaskan oleh Allah. Bila tidak ada pembalasan bagi orang berdosa, dapatkah Allah disebut adil?

Penuh kehangatan amarah (חמה chemah) atau “panas oleh murka”. Kita perlu menyadari bahwa murka TUHAN tidak seperti murka manusia. Manusia marah karena terprovokasi, dan kemarahannya berupa luapan emosi. TUHAN, seperti yang kita tahu dalam pribadi Yesus, adalah Allah yang rendah hati. Yesus tidak marah ketika diprovokasi oleh orang-orang yang menyalibkan Dia. Lalu apa yang membuat murka TUHAN menyala?

Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.

Roma 1:18

Yang menyalakan murka Allah, yang membuat seseorang tertimpa murka Allah, adalah kefasikan dan kelaliman. Manusia tidak mau menyembah Dia yang menciptakan mereka, malah menyembah binatang dan benda mati. Manusia saling menajiskan tubuh satu sama lain. Manusia tidak mau tunduk kepada Allah dalam perbuatannya. Padahal kita semua bergantung pada Allah untuk hidup kita!

Penyembahan kepada dewa Molokh dengan pengorbanan anak

Karena itu yang tersedia bagi orang-orang seperti ini adalah murka Allah, yang nantinya harus mereka tanggung. Karena manusia senantiasa jahat, maka pemazmur berkata bahwa, “Allah adalah Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat” (Mazmur 7:12).

Pendendam (נטר natar) berarti mengingat-ingat kesalahan untuk membalaskannya di kemudian hari. Pemazmur berkata, “Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?” (Mazmur 130:3), karena ingatan TUHAN itu sempurna dan untuk setiap kesalahan, ada hukuman.

Namun kita melihat juga, kepada siapa TUHAN begitu keras dan penuh amarah:

TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya
dan pendendam kepada para musuh-Nya.

Nahum 1:2b

Alasan mengapa umat Tuhan yang mengasihi Dia terkejut dan takut ketika mendengar tentang panas dan berbahayanya murka Tuhan adalah: mereka tidak pernah dan tidak akan mengalami murka-Nya. Kepada orang-orang yang mengasihi Dia, Tuhan bersikap sangat berbeda. Tentu saja kepada semua orang Tuhan murah hati – semua orang diberi-Nya nafas dan kehidupan – namun ada perlakuan istimewa bagi umat-Nya.

TUHAN Yang Baik

TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa,
tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman
orang yang bersalah.
TUHAN itu baik;
Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan;
Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya 
dan menyeberangkan mereka pada waktu banjir.

Nahum 1:3, 7-8
Ilustrasi Yosua memimpin orang Israel menyeberangi sungai Yordan

Tidak ada bangsa yang mengalami betapa panjangnya kesabaran TUHAN seperti bangsa Israel. Sejak Keluaran 32 ketika mereka pertama kali menyembah berhala di gurun (anak lembu emas) sampai hari bangsa Asyur (bagi Israel di utara) dan Babel (bagi Yehuda di selatan) mengalahkan mereka, TUHAN memberi mereka kesempatan berkali-kali untuk bertobat dan untuk setia.

Nahum tahu hal itu. Bahkan sampai saat-saat terakhir, ketika hukuman akan dijatuhkan atas Israel dan Yehuda, masih ada panggilan agar mereka yang percaya kepada firman Tuhan lewat nabi-nabi-Nya, segera menyelamatkan diri:

Janganlah kamu mendengarkan mereka (nabi-nabi palsu); takluklah kepada raja Babel, maka kamu akan hidup. Mengapa kota ini harus menjadi reruntuhan?

Yeremia 27:17

Sebutan bagi Tuhan yang baik itu mengingatkan pembaca kepada riwayat orang-orang benar di Israel:

Ilustrasi gua Adulam, tempat Daud berlindung dari kejaran Saul
  • “Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan.” Kata-kata ini mengingatkan kita pada mazmur Daud, seorang benar yang berlindung kepada Tuhan ketika ia dikejar-kejar oleh Saul. Daud menyebut Tuhan sebagai “gunung batu”, “kota perlindungan”, yang menggambarkan betapa amannya ada dalam Dia.
  • “Ia… menyeberangkan mereka pada waktu banjir.” Bangsa Israel familiar dengan kuasa TUHAN yang menaklukkan air. Ia membelah lautan agar Israel menyeberang keluar dari Mesir, Ia membelah air sungai Yordan agar Israel masuk ke tanah Kanaan. Lagipula, banjir di Timur Tengah pada saat itu sangat dahsyat, bisa menenggelamkan satu kota besar; mustahil orang menyeberang pada saat banjir, namun TUHAN Yang Mahakuasa sanggup membuat mujizat bagi umat-Nya.

Namun jangan menyamakan kesabaran dan kemurahan Tuhan dengan kelemahan. Nahum berkata, “TUHAN itu panjang sabar (literal: “lambat marah”), tetapi Ia juga “besar kuasa”. Orang yang percaya kepada Dia mengalami kuasa-Nya yang ajaib menolong mereka; namun orang yang menentang Dia mengalami kuasa-Nya yang akan menghancurkan mereka.

TUHAN Yang Mahakuasa

Nabi Nahum memberikan gambaran yang sangat deskriptif mengenai kuasa Tuhan yang melebihi segala mahkluk. Nahum 1:3-5 ini mirip dengan Yesaya 2:12-14.

Ia berjalan dalam puting beliung dan badai,
dan awan adalah debu kaki-Nya.
Ia menghardik laut dan mengeringkannya,
dan segala sungai dijadikan-Nya kering.
Basan dan Karmel menjadi merana
dan kembang Libanon menjadi layu. 
Gunung-gunung gemetar terhadap Dia,
dan bukit-bukit mencair.
Bumi menjadi sunyi sepi di hadapan-Nya,
dunia serta seluruh penduduknya. 

Nahum 1:3-5

Puting beliung dan badai. Ketika keduanya disebut bersamaan dalam kitab para nabi, umumnya adalah untuk menandakan kedatangan TUHAN dalam murka-Nya terhadap orang fasik (Yesaya 29:6, Yeremia 23:19). Pada waktu bangsa Amon dihancurkan sesuai penentuan Tuhan, angin badai dan puting beliung akan melanda mereka (Amos 1:14). Keduanya adalah lambang kekacauan dan kengerian.

Awan. TUHAN adalah “Yang berkendaraan melintasi awan-awan” (Mazmur 68:5). Awan adalah fenomena yang khas dalam Perjanjian Lama untuk menggambarkan kehadiran Allah (tiang awan, awan kemuliaan Tuhan di Bait-Nya, dsb). Dalam Yesaya 19:1, ketika TUHAN hendak menghukum Mesir, Ia datang mengendarai awan untuk melawan mereka.

Ilustrasi tiang awan yang memimpin Israel di gurun

Bumi yang ketakutan. Bumi mengenali Rajanya. Ketika TUHAN datang, maka semua yang liar dan ganas pun tunduk:

  • Laut (ים yam) dan sungai (נהר nahar) adalah lambang kekacauan dan kuasa di luar kendali manusia.
  • Basan dan Karmel adalah tempat-tempat penggembalaan yang subur. Istilah “lembu (banteng) dari Basan” menggambarkan kekuatan yang besar, dan Karmel adalah salah satu tempat penyembahan Baal.
  • Libanon terkenal dengan hutan pohon arasnya yang tinggi menjulang, tebal dan gagah. Istilah “pohon aras Libanon” sering dipakai untuk orang yang gagah perkasa, bahkan meninggikan diri terhadap Allah.
  • Gunung gemetar, bukit mencair. Gempa bumi sering disebutkan ketika Allah datang dalam penghakiman. Gunung/bukit mencair adalah gambaran yang dikutip dari Mazmur 97:5.
  • Bumi sunyi sepi. Kesunyian yang digambarkan ini adalah kesunyian pasca perang. Kondisi setelah perang adalah sunyi, tidak ada suara manusia, beberapa bangunan masih terbakar, semua runtuh, mayat di mana-mana, wilayah itu menjadi tandus. Inilah yang terjadi ketika Tuhan meluapkan murka-Nya.

Kejatuhan Niniwe

Ashurbanipal, raja Asyur, yang menyebut dirinya “raja seluruh bumi”

Hari-hari terakhir pemerintahan raja Ashurbanipal, raja besar terakhir di Asyur, telah mendekat – demikian pula hari-hari terakhir kerajaan Asyur. Negara-negara jajahan mereka sudah mulai memberontak dan Asyur kehilangan stabilitasnya. Kejahatan Asyur terhadap jajahannya telah membangkitkan kebencian dari segala jurusan.

15 tahun setelah kematian Ashurbanipal, yaitu tahun 612 SM, Niniwe dikepung selama 3 bulan oleh koalisi Babel (di bawah Nabopolassar), Media (di bawah Cyaxares), serta orang Skit dan Persia. Nahum menubuatkan pengepungan itu:

Ilustrasi detik-detik kejatuhan kota Niniwe oleh Vilius Petrauskas (dari Reddit)

Pembongkar maju terhadap engkau;
adakan penjagaan di benteng,
mengintailah di jalan,
ikatlah pinggangmu teguh-teguh,
kumpulkanlah segala kekuatan!
Pasukan-pasukan istimewa dikerahkan,
mereka tersandung jatuh di waktu berjalan maju;
mereka lari terburu-buru ke arah tembok kota,
sedang alat pendobrak sudah ditegakkan.

Nahum 2:1, 5

Menambah penderitaan Niniwe, sejarawan Diodorus mencatat bahwa pada waktu yang bersamaan, sungai Tigris yang melintasi kota itu meluap. Terjadilah banjir besar di dalam kota, yang juga dinubuatkan oleh Nahum.

Sungai Tigris di tengah kota Niniwe

Pintu-pintu di sungai-sungai telah dibuka,
dan istana menjadi gempar.
Niniwe sendiri seperti kolam air yang airnya mengalir ke luar.
“Berhenti! Berhenti!” teriak orang,
tetapi tidak ada yang berpaling.

Nahum 2:6, 8

Dan ketika pasukan musuh berhasil masuk ke dalam kota, mereka membantai penduduknya tanpa ampun. Kekejaman bangsa Asyur terhadap musuh-musuh mereka dibalaskan kepada penduduknya pada hari itu.

Pasukan berkuda menyerang,
pedang bernyala-nyala dan tombak berkilat-kilat!
Banyak yang mati terbunuh dan bangkai bertimbun-timbun!
Tidak habis-habisnya mayat-mayat,
orang tersandung jatuh pada mayat-mayat!

Nahum 3:3
Penggalian di gerbang Halzi, salah satu dari 15 gerbang kota Niniwe yang dibangun oleh Sanherib, menunjukkan adanya sisa kerangka manusia yang disinyalir adalah tentara Niniwe yang terlibat pertempuran tahun 612 SM ketika Niniwe jatuh.

Musuh juga menjarah semua harta benda. Dari penggalian di situs sejarah Niniwe, sangat sedikit barang berharga yang ditemukan, yang berarti penjarahan terhadap kota itu benar-benar menyeluruh. Ingatlah, Niniwe pada saat itu adalah kota terbesar di Timur Tengah, sangat kaya dan mulia. Namun semua itu hilang dalam waktu sekejap.

Jarahlah perak, jarahlah emas!
Sebab tidak berkesudahan persediaan harta benda,
kelimpahan segala barang yang indah-indah!

Nahum 2:9

Yang dinubuatkan oleh Nahum semuanya terjadi. Niniwe ditenggelamkan dari sejarah, dan kota itu menjadi ketandusan dan bahan ejekan bangsa-bangsa.

Terhadap engkau, inilah perintah TUHAN:
“Tidak akan ada lagi keturunan dengan namamu.
Dari rumah allahmu Aku akan melenyapkan patung pahatan dan patung tuangan;
kuburmu akan Kusediakan, sebab engkau hina.”
Tiada pengobatan untuk cederamu,
lukamu tidak tersembuhkan.
Semua orang yang mendengar tentang engkau bertepuk tangan karena engkau;
sebab kepada siapakah tidak tertimpa perbuatan jahatmu terus-menerus?

Nahum 1:14, 3:19

Upah Kejahatan

Biasanya umat Allah berpikir bahwa Allah hanya punya urusan dengan mereka, hanya punya rencana bagi mereka. Kitab Nahum menunjukkan bahwa pandangan itu keliru.

TUHAN adalah Allah segala bangsa dan seluruh bumi. Setiap bangsa, bahkan setiap orang, harus memberi pertanggungjawaban kepada-Nya. Seperti Sodom dan Gomora, kejahatan Niniwe telah sampai kepada Tuhan (Yunus 1:2).

Ilustrasi Sodom dan Gomora

Allah telah memberi mereka kesempatan, dan sekilas nampaknya mereka bertobat. Namun kemudian mereka kembali berbuat jahat, bahkan lebih jahat dari sebelumnya. Nahum memberitahu tuduhan atas mereka:

Celakalah kota penumpah darah itu!
Seluruhnya dusta belaka,
penuh dengan perampasan, dan tidak henti-hentinya penerkaman!
Semuanya karena banyaknya persundalan si perempuan sundal,
yang cantik parasnya dan ahli dalam sihir,
yang memperdayakan bangsa-bangsa dengan persundalannya
dan kaum-kaum dengan sihirnya.

Nahum 3:1, 4

Pertumpahan darah, ketidakadilan, perampasan, sihir, percabulan, dan sebagainya, baik kepada sesama mereka sendiri maupun kepada bangsa-bangsa lain, semua itu ditumpuk sampai matang dan membuahkan maut. Raja-raja Asyur bahkan bangga dengan kekejaman mereka – dengan dosa mereka – dan membuat relief di istana untuk memamerkannya!

Salah satu relief di Niniwe yang menunjukkan raja Sanherib mengangkut penduduk Lakhis (Yehuda) ke pembuangan di Asyur.

Adilkah Tuhan? Tuhan sudah memberi kesempatan bagi mereka untuk bertobat, Dia sudah memperingatkan mereka, namun mereka tidak bertobat. Maka Allah melakukan apa yang harus Ia lakukan sebagai Hakim seluruh bumi: Dia membalaskan darah jutaan orang yang ditumpahkan oleh bangsa Asyur. Akhir dari kerajaan itu, ternyata juga adalah akhir dari ras mereka.

Apakah kita akan meniru Niniwe? Apakah kita akan bersikeras dalam dosa kita sampai Tuhan menghukum kita? Atau kita akan membuka telinga dan merendahkan hati untuk menerima teguran-Nya, sebelum terlambat?

Maka semua orang yang melihat engkau akan lari meninggalkan engkau serta berkata: “Niniwe sudah rusak! Siapakah yang meratapi dia? Dari manakah aku akan mencari penghibur-penghibur untuk dia?” – Nahum 3:7

Leave a comment