Categories
Alkitab Narasi Tokoh

Raja Herodes

Saya yakin nama Herodes tentu familiar bagi pembaca. Siapa raja yang membunuh anak berusia dua tahun kebawah di Betlehem? Herodes. Siapa raja yang membunuh Yohanes Pembaptis? Herodes. Siapa raja yang membunuh Yakobus dan menangkap Petrus? Herodes. Siapa raja yang bertemu dengan Paulus di Kaisarea? Herodes.

Tapi semua orang itu adalah orang-orang yang berbeda! Ada dua Herodes dalam Injil Matius, dan dua Herodes lainnya dalam Kisah Para Rasul. Herodes yang ingin membunuh bayi Yesus bukanlah Herodes yang membunuh Yohanes Pembaptis.

Karena itu mari kita luruskan identitas para Herodes ini.

Nama “Herodes” bisa dibilang semacam nama keluarga, seperti misalnya “Wibowo” di Indonesia. Seandainya di tahun 1945 ada penguasa bernama Agus Wibowo, digantikan oleh anaknya yang bernama Yohan Wibowo di tahun 1960, lalu digantikan cucunya bernama Alex Wibowo tahun 1980, dan seterusnya, bisa dibilang, “Wibowo memerintah selama puluhan tahun,” tapi yang memerintah bukan satu orang bernama Wibowo, melainkan beberapa orang dengan nama keluarga dalam satu garis keturunan.

Dalam Alkitab, ada empat orang bernama Herodes yang memerintah pada waktu yang berbeda-beda. Kita akan melihat siapa saja mereka.

Herodes Agung: Herodes pada saat kelahiran Yesus

Herodes yang pertama adalah Herodes Agung. Dia menyandang gelar itu karena keberhasilannya dalam membangun kerajaan baru di Yudea, dan proyek-proyek arsitekturnya yang kolosal.

Herodes Agung

Herodes adalah orang Idumea (Edom) yang memeluk agama Yahudi dan dibesarkan sebagai orang Yahudi. Sebelum kelahirannya, terjadi perebutan kekuasaan di Yudea antara dua putera dinasti Hasmonean. Pada saat Julius Caesar berkuasa, ayah Herodes yang bernama Antipater/Antipas diangkat menjadi prokurator (semacam bendahara dan administrator) di Yudea. Herodes kemudian juga mengurus admnistrasi di daerah Galilea dan ia cukup berhasil.

Setelah kematian Julius Caesar, seorang keturunan dinasti Hasmonean yang bernama Antigonus memerintah sebagai raja sekaligus imam di Yudea, Herodes lari dan meminta perlindungan kepada jenderal Markus Antonius. Markus Antonius mengangkatnya menjadi “raja orang Yahudi” pada tahun 40 SM. Dan pada tahun 37 SM ia menjadi penguasa tunggal di Yudea. Dimulailah dinasti Herodian.

Herodes sangat takut kekuasaannya akan direbut. Ketakutannya menjadi paranoia, dan orang-orang yang paling ia curigai adalah orang-orang terdekatnya. Isteri keduanya, Mariamne (keturunan dinasti Hasmonean), dan dua anaknya dari Mariamne yang bernama Aristobulus IV dan Alexander, dihukum mati oleh Herodes karena ia takut mereka akan mengambil alih kekuasaannya. Demikian pula lawan-lawan politiknya ia singkirkan dengan cerdik. Kabarnya, Herodes memiliki 2.000 pasukan penjaga pribadi demi keamanannya.

Herodes dan orang-orang majus

Kaisar Romawi, Agustus, mendengar tentang paranoia Herodes ini. Catatan sejarah oleh Macrobius mengatakan bahwa menurut Kaisar Agustus, “Lebih baik menjadi babi milik Herodes, daripada menjadi anaknya.”

Ketakutan Herodes ini kita lihat juga dalam Matius 2, ketika ia mendengar dari orang majus bahwa ada raja Yudea yang baru lahir. Herodes sadar bahwa sebagai orang Idumea ia tidak diakui sebagai raja oleh orang Yahudi, sekalipun pemerintah Romawi memberinya kekuasaan. Karena itu berita kelahiran raja orang Yahudi sangat menggelisahkannya. Herodes inilah yang akhirnya memerintahkan agar semua anak berusia dua tahun kebawah di kota Betlehem dibunuh.

Sekalipun Herodes dibenci oleh semua kalangan, namun harus diakui dia adalah administrator yang cakap dan seorang arsitek yang hebat. Herodes memugar kompleks Bait Suci, proyek yang dimulai sekitar tahun 19 SM dan baru selesai 80 tahun kemudian, setelah ia lama meninggal. Sayangnya Bait Suci tersebut kemudian diruntuhkan pada tahun 70 M. Selain itu Herodes juga membangun kota Kaisarea Maritim, memugar makam para patriakh (Abraham) di Hebron, dan membangun benteng Masada dan Herodium.

Rekonstruksi kompleks Bait Suci yang dibangun Herodes

Herodes meninggal di Yerikho sekitar tahun 4 SM karena penyakit yang tidak diketahui, yang membuatnya mengalami kesakitan luar biasa sampai ia mencoba bunuh diri. Ia takut tidak akan ada yang berdukacita saat kematiannya, sehingga ia memberi perintah agar orang-orang penting di Yerikho ikut dibunuh pada saat kematiannya, supaya terjadi dukacita di kota itu. Namun Arkhelaus, anaknya, tidak menjalankan perintah tersebut.

Setelah kematian Herodes Agung, wilayah kekuasaannya dibagi untuk tiga anaknya. Arkhelaus, pewaris Herodes yang memerintah atas Yudea, Samaria, dan Idumea, adalah pemimpin yang sangat buruk, sehingga akhirnya, atas petisi dari warganya sendiri, ia disingkirkan dan wilayah Yudea diambil alih oleh pemerintah Romawi langsung. Pemimpin wilayah itu didatangkan langsung dari Roma; dan pada saat Yesus disalibkan, pemimpinnya adalah Pontius Pilatus (memerintah tahun 26-36 M).

Putera Herodes yang diberi kekuasaan atas wilayah Galilea (provinsi asal Yesus) dan Perea adalah Herodes Antipas. Herodes inilah yang kita lihat dalam kisah pelayanan Yohanes Pembaptis dan Yesus.

Herodes Antipas: Herodes pada masa pelayanan Yesus

Ingat Herodes yang ditegur oleh Yohanes Pembaptis, “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!”? Atau Herodes yang disebut “si serigala” oleh Tuhan Yesus? Itulah Herodes Antipas, putera bungsu Herodes Agung. Kita akan menyebutnya Antipas, agar tidak rancu dengan ayahnya.

Ilustrasi Yohanes menegur Herodes Antipas dan Herodias

Untuk menjaga stabilitas wilayahnya, Antipas menikahi Phasaelis, puteri dari raja Aretas IV dari Nabatea, yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Perea. Ia juga mendirikan ibukotanya di Tiberias, kota yang diberi nama berdasarkan nama kaisar Romawi saat itu, Tiberius. Ia juga mendirikan kota-kota lain yang diberi nama sesuai keluarga kaisar Agustus, untuk mencari muka kepada keluarga kerajaan Romawi.

Pada saat ia pergi ke Roma, ia tinggal bersama salah satu saudaranya, Herodes II (tidak diberi kekuasaan dalam wasiat ayahnya) dan jatuh cinta pada isteri Herodes II, Herodias, yang juga adalah keponakannya sendiri. Mereka menikah setelah Antipas menceraikan Phasaelis. Pernikahan inilah yang ditegur keras oleh Yohanes Pembaptis. Antipas yang takut orang-orang akan terpengaruh oleh Yohanes, memerintahkan untuk menangkapnya. Yohanes akhirnya dipenggal atas permintaan puteri Herodias.

Phasaelis sendiri kembali ke Nabatea dan minta perlindungan dari ayahnya, raja Aretas IV, yang kemudian menyatakan perang kepada Antipas. Perang terjadi antara tahun 34-36 M, dan Antipas dikalahkan oleh Aretas IV.

Antipas juga diceritakan dalam kisah sidang Yesus. Pilatus mengetahui bahwa Yesus berasal dari Galilea, sehingga ia mengirim-Nya kepada Antipas (yang saat itu sedang di Yerusalem). Antipas bersemangat untuk bertemu Yesus, karena ia berharap Yesus akan “membuat pertunjukan” di hadapannya. Namun ia kecewa karena Yesus tidak mengucapkan sepatah katapun kepadanya.

Ilustrasi Yesus di hadapan Herodes Antipas

Kejatuhan Antipas dari kekuasaan adalah akibat perselisihannya dengan Agrippa, saudara Herodias, yang kelak menjadi Herodes Agrippa I. Agrippa adalah teman baik Kaisar Caligula, sehingga saat ia menuduh Antipas merencanakan pemberontakan terhadap Caligula, sang kaisar langsung percaya. Antipas akhirnya dibuang ke daerah Gaul, dan mati di sana.

Herodes Agrippa I: Herodes pada masa awal para rasul

Koin pada masa Herodes Agrippa I

Agrippa, yang lahir dengan nama Marcus Julius Agrippa, adalah cucu dari Herodes Agung. Ayahnya, Aristobulus IV, dihukum mati oleh Herodes Agung, dan Agrippa dikirim ke Roma. Di sana ia berteman dengan orang-orang penting: Kaisar Tiberius, Claudius (yang kemudian menjadi kaisar), dan Caligula (yang juga menjadi kaisar).

Pada masa mudanya Agrippa sangat boros hingga terjerumus ke dalam jerat utang. Ia ditolong oleh Herodes Antipas dan Herodias. Namun kemudian terjadi perselisihan antara mereka. Suatu kali Agrippa terdengar berkata bahwa ia berharap Kaisar Tiberius segera meninggal supaya Caligula bisa naik takhta. Karena perkataan itu, ia dipenjara oleh Tiberius. Pada saat Caligula menjadi kaisar (37 M), Agrippa dibebaskan dan diberi wilayah kekuasaan menggantikan Filipus, pamannya.

Kaisar Caligula, sahabat Agrippa I

Tahun 39 M, Agrippa berhasil menyingkirkan Antipas atas tuduhan pemberontakan. Ia menjadi raja atas wilayah Antipas, sehingga kekuasaannya ditambah wilayah Galilea dan Perea. Tahun 41 M Kaisar Caligula dibunuh, dan Kaisar Claudius naik takhta. Untuk mempertahankan wilayahnya, Agrippa bersikap baik kepada Claudius. Claudius memberikan wilayah Yudea dan Samaria (yang selama ini dipegang langsung oleh pemerintah Romawi) kepada Agrippa. Dengan demikian wilayah kekuasaan Agrippa menjadi seluas kakeknya, Herodes Agung.

Agrippa sangat mendukung agama Yahudi, sehingga rakyat menyukainya. Ia bahkan berani mengajukan keberatan pada Kaisar Caligula yang hendak mendirikan patungnya di Bait Suci Yerusalem. Untuk menyenangkan orang Yahudi pula, Agrippa membunuh rasul Yakobus dan kemudian menangkap Petrus dengan tujuan membunuhnya juga. Namun niat ini tidak terlaksana karena Allah mengirim malaikat untuk melepaskan Petrus.

Lukisan Liberacion de San Pedro (Pembebasan Santo Petrus) oleh Bartolome Esteban Murillo (1667)

Setelah Paskah tahun 44 M, Agrippa pergi ke Kaisarea, di mana diselenggarakan turnamen untuk menghormati Kaisar Claudius. Saat itulah peristiwa yang terkenal di Alkitab terjadi: rakyat menyorakinya dan menyebut dia sebagai allah. Setelah itu Agrippa mengalami sakit luar biasa di perutnya, dan meninggal lima hari kemudian.

Ada kisah yang menarik mengenai peristiwa ini. Saat Agrippa dipenjara oleh Kaisar Tiberius, ia pernah melihat seekor burung hantu hinggap di dekat kepalanya. Ia mendengar bahwa peristiwa itu berarti ia akan segera dibebaskan dan dijadikan raja. Namun ia juga diperingatkan bahwa bila peristiwa yang sama terjadi lagi, maka ia akan segera meninggal. Menurut cerita sejarawan Yahudi (yang tentunya menyukai Agrippa karena ia pro-Yahudi), Agrippa menerima nasibnya dan melakukan ritual pertobatan agama Yahudi sebelum akhirnya ia meninggal.

Herodes Agrippa II: Herodes pada masa Paulus

Raja terakhir dari dinasti Herodes adalah putera Herodes Agrippa I, yaitu Agrippa II. Seperti ayahnya, ia juga mendukung orang Yahudi. Awalnya kekuasaannya adalah di wilayah Kalkis, namun kemudian Kaisar Claudius memberinya wilayah tambahan (53 M), dan kemudian ditambah lagi oleh Kaisar Nero (55 M), sehingga Agrippa II berkuasa atas Galilea, Perea, Gaulonitis, dan sekitarnya, kecuali Yudea.

Lukisan Paulus di hadapan Herodes Agrippa II oleh Vasily Surikov (1875)

Sekitar tahun 59 atau 60 M, Agrippa II bertemu dengan Paulus, yang menjelaskan kasusnya. Pada saat itu Agrippa II sangat terpengaruh oleh kesaksian dan khotbah Paulus, sampai ia berkata, “Hampir-hampir kau yakinkan aku menjadi orang Kristen!” Ia datang bersama saudarinya, Bernike, yang – menurut rumor – memiliki hubungan incest dengannya.

Selama pemerintahannya, prokurator yang dikirim dari Roma untuk memerintah Yudea terus-menerus mengalami gesekan dengan rakyat karena mereka memperlakukan rakyat dengan keras. Saat itu prokuratornya adalah Gessius Florus. Pada tahun 66 M, Agrippa II yang sudah lama berusaha meredakan ketegangan antara orang Yahudi dengan pemerintah Romawi, akhirnya kalah oleh rakyat. Ia dan Bernike diusir dari Yerusalem, dan akhirnya lari ke Roma.

Koin yang diterbitkan oleh Kaisar Vespasianus pada tahun 71 M dengan tulisan Iudea Capta (Yudea tertangkap) setelah kekalahan bangsa Yahudi dari Romawi.

Perang antara Romawi dan Yahudi tidak terhindarkan pada tahun yang sama. Bersama dengan perang tersebut dan perginya Agrippa II dari Yerusalem, berakhirlah kekuasaan dinasti Herodes dan kerajaan mereka di tanah Yudea.

Leave a comment