Categories
Alkitab Narasi Nubuat

Niniwe, Jantung Kejahatan Asyur

Mohon perhatian: post ini menceritakan tentang kekejaman bangsa Asyur terhadap bangsa-bangsa lain. Bagi yang tidak kuat membaca deskripsi yang sadis-sadis, silakan langsung skip ke post berikutnya.

Ilustrasi Niniwe pada masa kejayaan Asyur

Pada masa kejayaan kerajaan Neo-Assyiria di abad ke-8 SM, Niniwe adalah kota paling termahsyur di wilayah fertile crescent (wilayah tersubur di Mesopotamia). Saat itu, Niniwe adalah kota besar dan penting dengan penduduk lebih dari 100.000 jiwa. Sanherib (745-681 SM) adalah raja Asyur yang membuat Niniwe menjadi kota metropolitan. Ia membangun Istana Barat Laut, yang kemudian disebut “istana tanpa tanding” dengan fondasi dari bata dan batu kapur, terdiri dari sekitar 80 kamar, dan temboknya dihiasi relief kemenangan pasukan Asyur. Pada saat itu luas Niniwe sampai 7 Km persegi, dengan 15 pintu gerbang, 18 kanal irigasi, dan aquaduct sepanjang 65 Km.

Wilayah fertile crescent di Mesopotamia menjadi pusat peradaban besar seperti Sumeria, Babilonia, Asyur, dan Persia.
Lamassu, banteng bersayap dan berkepala manusia, mahkluk mitologi pelindung Niniwe dan Asyur. Patung-patung Lamassu yang ditempatkan di gerbang Niniwe bobotnya mencapai 30 ton.

Namun kota yang megah ini dibangun di atas darah dan kejahatan. Bangsa ini terkenal dengan kekejaman mereka terhadap bangsa-bangsa yang mereka taklukkan. Mereka membuat relief dan lukisan di tembok-tembok istana mereka yang megah tentang apa yang mereka lakukan terhadap para musuh. Tujuan dari kekejaman itu adalah teror; agar berita tentang perlakuan tentara Asyur menyebar ke seluruh bangsa, dan mereka menjadi terlalu takut untuk melawan negara adidaya ini.

Raja-raja Asyur suka menceritakan kekejaman mereka terhadap musuh. Sanherib menceritakan dengan detail segala penyiksaan yang ia lakukan terhadap bangsa-bangsa yang ia kalahkan. Sir Austen Henry Lanyard, yang mengadakan penggalian di kota kuno Niniwe, berkata bahwa bila relief yang dibuat Sanherib di istananya disusun berjejer, panjangnya bisa sampai 3 Km.

Relief Ashurnasirpal II berburu singa di Nimrud

Pada saat Ashurnasirpal II (883-859 SM) menjadi raja Asyur, pada awal masa pemerintahannya ia memadamkan pemberontakan di Nishtun, Arbela (sekarang wilayah Irak). Untuk memperingatkan bangsa-bangsa jajahan lain agar tidak memberontak, ia memerintahkan untuk menguliti para pemimpin kota itu hidup-hidup di depan umum, dan menggunakan kulit mereka untuk menutupi sebuah tiang di kota.

Bangsa Asyur juga memanfaatkan eksekusi massal untuk menyebarkan teror kepada bangsa-bangsa lain. Mereka menyalibkan tentara musuh yang tertangkap di tempat umum. Mereka juga menyula musuh, dengan cara menusukkan tubuh musuh di bagian bawah rusuk pada tiang yang tinggi, sehingga kematian terjadi perlahan-lahan dan sangat menyakitkan. Perlakuan ini dilakukan juga oleh Sanherib kepada penduduk kota Lakhis di Yehuda.

Penyulaan oleh bangsa Asyur

Pengumpulan kepala tentara musuh juga dilakukan oleh bangsa Asyur. Raja-raja seperti Tiglat-Pileser III, Ashurbanipal, dan Sanherib memenggal kepala musuh dan mengumpulkannya menjadi tumpukan tinggi. Bahkan ada orang yang khusus ditugaskan untuk mencatat jumlah kepala yang terkumpul. Ashurnasirpal II bahkan menjadikan kepala-kepala musuh sebagai hiasan di pohon-pohon.

Relief yang menggambarkan tentara Ashurnasirpal II mengumpulkan kepala musuh-musuh mereka untuk dihitung jumlahnya

Tentara Asyur juga melakukan berbagai kekejaman lain seperti mutilasi anggota tubuh, pengebirian, pencungkilan mata, dan seterusnya. Salmaneser III menjadikan potongan tubuh musuh-musuhnya sebagai hiasan di tembok kota. Mereka membelah perut perempuan hamil dan membakar anak-anak hidup-hidup.

Manasye, raja Yehuda, juga pernah mengalami kekejaman Asyur sebagai hukuman atas kejahatannya di mata Tuhan. Ini adalah cara mereka merendahkan raja-raja bangsa lain:

Oleh sebab itu TUHAN mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel.

2 Tawarikh 33:11
Ilustrasi perlakuan Asyur terhadap Manasye

Karena begitu ngerinya perbuatan raja dan tentara Asyur, salah seorang raja dari Urartu yang diancam oleh Sargon II, raja Asyur, memutuskan untuk bunuh diri daripada jatuh ke tangan bangsa yang brutal ini. Sepertinya mati bunuh diri masih lebih baik daripada disiksa hidup-hidup oleh Asyur.

Bukan hanya terhadap orang hidup, bangsa Asyur juga melakukan kejahatan terhadap orang mati. Bagi orang-orang pada masa itu, tulang belulang nenek moyang adalah sakral. Bangsa-bangsa beribadah di kubur nenek moyang mereka, dan mereka percaya akan ada kebangkitan orang mati, karena itu tubuh harus terpelihara. Untuk memaksimalkan pukulan psikologis terhadap musuh, bangsa Asyur menajiskan kuburan, bahkan menghancurkan mayat. Ashurbanipal membongkar kubur nenek moyang bangsa Elam dan menyebarkan tulang belulangnya. Ada juga relief tentara Asyur sedang memaksa bangsa yang mereka taklukkan menggiling halus tulang belulang nenek moyang mereka, untuk memusnahkan ingatan terhadap bangsa itu.

Para bangsawan yang tertangkap dipaksa menggiling tulang belulang nenek moyang mereka oleh tentara Asyur

Untuk apa semua kekejaman ini? Asyur berambisi menjadi bangsa terkuat dan terkaya di dunia, sehingga mereka membutuhkan kekayaan bangsa-bangsa lain untuk menambah perbendaharaannya. Setiap kota yang mereka taklukkan, mereka jarah kekayaannya untuk menyokong ekonomi Asyur, mereka ambil penduduknya untuk menjadi budak, dan kekayaan alamnya untuk bahan bangunan di Asyur. Dan kota yang paling menikmati hasil kejahatan ini adalah Niniwe.

Dengan mengalahkan banyak bangsa, mereka juga mendapat nama besar. Raja Sanherib dengan pongah memperingatkan Hizkia, raja Yehuda:

“Janganlah dengarkan Hizkia, sebab ia membujuk kamu dengan mengatakan: TUHAN akan melepaskan kita! Apakah pernah para allah bangsa-bangsa melepaskan negerinya masing-masing dari tangan raja Asyur? Di manakah para allah negeri Hamat dan Arpad? Di manakah para allah negeri Sefarwaim, Hena dan Iwa? Apakah mereka telah melepaskan Samaria dari tanganku? Siapakah di antara semua allah negeri-negeri yang telah melepaskan negeri mereka dari tanganku, sehingga TUHAN sanggup melepaskan Yerusalem dari tanganku?”

2 Raja-Raja 18:32-35

Setiap bangsa memiliki allah. Ketika mereka diserang bangsa lain, mereka akan berseru minta pertolongan pada allah mereka. Allah yang lebih hebat akan menyelamatkan umatnya dalam peperangan. Sanherib berkata bahwa allah Asyur (yaitu dewa Asyur) lebih hebat dari allah bangsa-bangsa lain, karena allah bangsa-bangsa itu tidak bisa menyelamatkan umatnya dari tangan Asyur. Sanherib yakin bahwa TUHAN, Allah Israel, juga tidak akan mampu mengalahkan allahnya. (Tentu saja Sanherib salah besar karena malam itu juga TUHAN memusnahkan 185.000 tentara Asyur, tanpa Hizkia harus berperang sedikitpun; dan Sanherib sendiri akhirnya mati dibunuh anak-anaknya.)

“Malaikat TUHAN memusnahkan tentara Sanherib” oleh Gustave Dore (1878)

Bila bangsa Asyur berbuat demikian kejam kepada bangsa-bangsa yang mereka taklukkan, kita hanya bisa membayangkan kekejian yang mereka lakukan di kampung halaman mereka sendiri. Nabi Nahum memberi kita gambaran:

Celakalah kota penumpah darah itu!
Seluruhnya dusta belaka, penuh dengan perampasan,
dan tidak henti-hentinya penerkaman!
Semuanya karena banyaknya persundalan si perempuan sundal,
yang cantik parasnya dan ahli dalam sihir,
yang memperdayakan bangsa-bangsa dengan persundalannya
dan kaum-kaum dengan sihirnya. 

Nahum 3:1, 4

Pertumpahan darah, dusta, perampasan, kejahatan, persundalan, sihir – semua itu yang ada pada Niniwe, kota yang begitu besar dan megah, dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat maju, namun sangat najis di mata Allah.

Terhadap bangsa seperti inilah TUHAN mengutus dua nabi-Nya, yaitu Yunus dan Nahum. Pada abad ke-8 SM, sebelum Niniwe mencapai puncak kejahatannya, Yunus membawa peringatan dari Allah agar Niniwe meninggalkan kejahatannya dan bertobat. Untuk sementara waktu mereka memang bertobat, namun mereka kembali lagi pada kekejian mereka, bahkan lebih dari yang sudah-sudah.

Karena itu sekali lagi TUHAN mengirimkan nabi-Nya, yaitu Nahum, namun kali ini bukan membawa peringatan, melainkan berita penghukuman. Darah orang-orang yang dibunuh oleh Niniwe berseru kepada TUHAN, dan tiba waktunya Hakim seluruh bumi mengadakan pembalasan.

“Kejatuhan Niniwe” – lukisan oleh John Martin

TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas,
TUHAN itu pembalas dan penuh kehangatan amarah.
TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya
dan pendendam kepada para musuh-Nya.

Nahum 1:2

Memasuki akhir abad ke-7 SM setelah kematian Ashurbanipal, raja besar terakhir di Asyur, perang saudara yang dipicu perebutan kekuasaan makin memanas dalam bangsa Asyur. Situasi ini dimanfaatkan oleh koalisi bangsa-bangsa yang tadinya dikuasai Asyur, khususnya Babel dan Media, untuk menyerang pusat kekuasaan Asyur.

Tahun 612 SM, setelah 3 bulan pengepungan, Niniwe berhasil direbut. Sejak Niniwe jatuh, kekuasaan Asyur praktis jatuh ke tangan Babel. Dari penggalian di Niniwe, ditemukan mayat-mayat yang tidak dikubur dan potongan-potongan tubuh – persis seperti yang dilakukan Asyur kepada musuh-musuh mereka.

Sisa kota Niniwe sekarang

Xenophon dari abad ke-4 SM menyatakan bahwa Niniwe telah ditinggalkan orang. Herodotus dan Ctesias, sejarawan Yunani dari abad ke-3 SM, menulis tentang Niniwe yang saat itu tinggal sejarah. Bangsa Asyur sendiri? Tahun 605 SM, Babel dan Media meruntuhkannya sepenuhnya, dan kota itu tidak pernah bangkit kepada kejayaannya lagi.

2 replies on “Niniwe, Jantung Kejahatan Asyur”

Leave a comment