Categories
Alkitab Nubuat

Amos 5-6: Bangsa Yang Mati Rasa

Hai kamu yang mengubah keadilan menjadi ipuh
dan yang mengempaskan kebenaran ke tanah!

Amos 5:7

Amos adalah seorang pengusaha. Dalam dunia usaha pasti ia melihat betapa banyaknya kejahatan dan ketidakadilan, penipuan dan pemerasan, penindasan dan kecurangan yang terjadi di Israel maupun Yehuda. Namun satu hal yang sangat mengherankannya adalah: mereka merasa tidak ada yang salah dengan kehidupan mereka.

Terbiasa Dengan Dosa

Nabi menyatakan keheranannya atas gaya hidup Israel.

Hai kamu, yang menganggap jauh hari malapetaka,
tetapi mendekatkan pemerintahan kekerasan;

Amos 6:3

Amos merinci perilaku mereka: bermalas-malasan, makan enak, berpesta dan bersenang-senang, minum-minum dan mengurus penampilan mereka – sementara itu mereka hidup dalam kekerasan dan kejahatan! Mereka “tidak berduka karena hancurnya keturunan Yusuf” (Amos 6:6), yaitu kerusakan moral bangsa mereka.

Seorang janda tidak bisa membayar hutang, dan para rentenir mengancam akan mengambil dua orang anaknya untuk dijual sebagai budak, sebagai bayaran hutangnya. Kisah ini berakhir baik karena nabi Elisa menolongnya dengan mujizat minyak yang tidak habis dituang; namun ini menunjukkan betapa kerasnya tekanan ekonomi atas orang miskin pada masa itu. Yang miskin semakin miskin, bahkan sampai dijual sebagai budak.

Israel dipenuhi ketidakadilan. Orang miskin dan lemah menjadi tumbal bagi orang-orang kaya yang sibuk memperkaya diri. Mereka menumpahkan darah orang yang tidak bersalah dan hidup dalam pelanggaran akan hukum-hukum Allah. Perilaku mereka tidak ada bedanya dengan bangsa-bangsa kafir, sehingga Tuhan menegur mereka:

Menyeberanglah ke Kalne, dan lihat-lihatlah;
berjalanlah dari sana ke Hamat yang besar itu,
dan pergilah ke Gat orang Filistin!
Adakah mereka lebih baik dari kerajaan-kerajaan ini,
atau lebih besarkah daerah mereka dari daerahmu?

Amos 6:2

Kita tidak tahu pasti tentang Kalne karena kota itu sudah dihancurkan pada masa Asyur, namun kemungkinan lokasinya di dekat sungai Tigris. Hamat, kota besar di wilayah Aram, dikalahkan oleh Yerobeam II, raja Israel. Gat, salah satu dari lima kota besar bangsa Filistin, telah ditaklukkan Uzia, raja Yehuda. Pertanyaan Tuhan: “Lihatlah bangsa-bangsa di sekelilingmu, kota-kota berkubu yang besar dan kuat; merekapun akhirnya jatuh ketika Tuhan menyerahkan mereka. Lalu apakah kalian yang di Yerusalem dan Samaria berpikir kalian tidak akan mengalami hukuman yang sama?”

Reruntuhan istana yang dibangun Omri, raja Israel, di Samaria. Samaria akhirnya dihancurkan oleh Asyur tahun 701 SM.

Lihatlah sekeliling kita. Kita mungkin pernah berkata juga, “Ah, yang seperti itu mah biasa,” ketika kita melihat ketidakadilan terjadi. Ketahuilah, bagi Tuhan Yang Mahakudus, ketidakadilan itu tidak normal. Kejahatan tidak boleh menjadi kebiasaan, dan ketidakjujuran tidak boleh ada dalam hidup umat Tuhan. Ketidakadilan dalam hidup kita, kota kita, bangsa kita, harus membawa kita ke dalam kesedihan, kepada “dukacita yang dari Allah.” Suatu bangsa hanya diluputkan oleh Allah bila masih ada orang-orang yang sadar dan mohon pengampunan atas dosa bangsanya.

Ibadah Yang Dibenci Tuhan

Setiap kali bangsa Israel menyimpang dari hukum-hukum Allah, pasti didahului dengan penyimpangan mereka dari penyembahan yang benar kepada Allah. Bukan hanya perbuatan mereka, namun juga ibadah mereka sama sekali tidak diterima oleh Allah.

Lukisan “Anak Lembu Emas” oleh James Tissot

Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu
dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. 
Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka,
dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. 
Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu,
lagu gambusmu tidak mau Aku dengar.

Amos 5:21-23

Kita perlu tahu bahwa Israel tidak berhenti memanggil nama TUHAN (YHWH). Bila mereka ditanya, “Siapakah Allah Israel?” jawaban mereka adalah, “YHWH.” Tapi ironisnya, mereka sama sekali tidak mengenal Dia, sehingga mereka tidak tahu bahwa mereka tidak menyembah Dia; mereka menyembah Allah yang ada dalam imajinasi mereka sendiri. Mereka membuat patung yang mereka sebut sebagai patung-Nya, dan mereka membuat aturan ibadah sendiri.

TUHAN telah memberitahu dengan rinci bagaimana Ia mau Israel beribadah kepada-Nya. Israel mengabaikannya dan hendak menyembah Dia dengan cara yang mereka kehendaki. Tuhan juga menegaskan bahwa gaya hidup mereka tidak dapat dipisahkan dengan penyembahan mereka. Israel mengabaikannya lagi, karena mereka mau hidup semau mereka sendiri. Akhirnya ibadah mereka tidak sampai ke mana-mana, seperti korban Kain yang tidak diindahkan Allah (Kejadian 4:5).

Jadi siapa yang disembah Israel? Untuk siapa mereka mempersembahkan korban? Bagi siapa nyanyian mereka? Allah yang mereka panggil nama-Nya, menolak semua persembahan mereka itu! Tuhan suka ketika kita mempersembahkan korban bagi Dia, tetapi hanya bila hidup kita berkenan kepada-Nya.

Ilustrasi penyembahan berhala

Rupanya sejak keluar dari Mesir, Israel tidak pernah meninggalkan berhala mereka. Hati mereka tidak pernah benar-benar tertuju kepada TUHAN, seperti yang nyata dari sejarah mereka. Amos menyebutkan contoh dewa sesembahan Israel: dewa Sakut atau Adar, dewa perang Asyur, dan Kewan, dewa yang identik dengan planet Saturnus (Amos 5:26). Karena begitu kerasnya hati mereka dalam penyembahan berhala, maka “Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran” (Roma 1:24).

Apakah Allah disenangkan dengan persembahan kita bagi-Nya? Siapa yang sebenarnya kita sembah: Allah yang hidup dan benar, yang hanya bisa disembah dengan cara yang berkenan kepada-Nya, atau allah yang ada dalam imajinasi kita, yang bersedia disembah dengan cara apapun yang sesuai selera kita?

Hari TUHAN

Celakalah mereka yang menginginkan hari TUHAN!
Apakah gunanya hari TUHAN itu bagimu?
Hari itu kegelapan, bukan terang!

Amos 5:18

Dalam suatu ironi yang tragis, bangsa yang ditolak oleh Allah ini masih berani mengharapkan datangnya hari TUHAN. Mereka terlalu bodoh untuk mengerti bahwa kedatangan hari TUHAN berarti celaka bagi mereka! Mereka pikir pada hari itu TUHAN akan mengembalikan kejayaan bangsa mereka, supaya mereka bisa semakin semangat hidup sesuka mereka.

Pada hari TUHAN, celaka akan mengepung Israel dari segala arah. Seolah-olah ia adalah orang yang dikejar singa, kemudian bertemu beruang; dan bila dia dapat meloloskan diri pun, di rumahnya dia dipagut ular (Amos 5:19). Kesialan, kecemasan, kecelakaan, dan kematian – itu semua yang akan menimpa mereka di hari TUHAN. Amos menggambarkan kematian yang akan terjadi pada hari itu:

Dan jika masih tinggal sepuluh orang dalam satu rumah, mereka akan mati. Dan jika pamannya, pembakar mayat itu, yang datang mengangkat dan mengeluarkan mayat itu dari rumah itu, bertanya kepada orang yang ada di bagian belakang rumah: “Adakah lagi orang bersama-sama engkau?” dan dijawab: “Tidak ada,” ia akan berkata: “Diam!” Sebab tidaklah patut menyebut-nyebut nama TUHAN!

Amos 6:9-10
Ilustrasi kubur seorang Yahudi. Tubuh diletakkan di dalam gua kubur selama sekitar satu tahun. Setelah itu tulang-tulangnya dikumpulkan dan ditempatkan dalam kotak-kotak dalam kubur tersebut. Lukisan oleh Balage Balough.

Begitu banyak orang yang mati, hingga dalam satu keluarga hanya tersisa satu orang yang bersembunyi. Kemudian datang seorang paman (kerabat) yang akan membakar mayat. Bila benar orang ini adalah pembakar mayat, maka ini sesuatu yang mengerikan bagi orang Israel, karena mereka tidak biasa dengan kremasi; mereka biasanya mengumpulkan tulang belulang anggota keluarga yang telah meninggal agar dibangkitkan Tuhan pada akhir zaman. Mayat terpaksa dibakar hanya ketika benar-benar tidak ada tempat untuk menguburkan mereka.

Ketika si pembakar mayat bertemu orang yang sedang bersembunyi, dan bertanya kepadanya apakah ada lagi orang yang masih hidup, orang itu menjawab, “Tidak ada.” Pembakar mayat kemudian berkata, “Jangan sampai lidahmu terpeleset menyebut nama TUHAN, atau kita akan kena celaka yang lebih berat daripada ini!” Dari bangsa yang sama sekali tidak menghormati TUHAN, mereka akan menjadi terlalu takut bahkan untuk menyebut nama-Nya.

Kremasi massal di New Delhi, India, tahun 2021 ketika terjadi gelombang besar wabah COVID 19.

Bangsa Israel telah begitu mati rasa terhadap kejahatan, sehingga satu-satunya yang bisa TUHAN lakukan adalah membuat mereka bernasib sama dengan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Dia.

Mereka telah menolak TUHAN yang datang dengan kasih karunia, karena itu sekarang mereka harus mengalami TUHAN yang datang dengan murka dan penghukuman.

Leave a comment