Categories
Alkitab Nubuat

Yoel 1-2:11: Membaca Tanda-Tanda Zaman

Bulan Maret sampai Oktober tahun 1915, Yerusalem menyaksikan wabah belalang yang menakutkan. Hampir seluruh tanaman di tanah Palestina, pegunungan Libanon, dan Suriah dihabiskan oleh belalang. Ini menyebabkan krisis pangan besar-besaran. Tanggal 25 April 1915 koran New York Times mengabarkan bahwa harga kentang naik enam kali lipat. Warga daerah tersebut, yang kala itu sudah miskin, semakin menderita.

Kerumunan belalang memakan tanaman berduri

Belalang memiliki sifat yang berbeda ketika mereka berkerumun. Warna mereka berubah; dari yang biasanya kita lihat warna hijau atau kuning pucat, menjadi warna merah. Perangai mereka berubah menjadi menakutkan: mereka seperti tidak kenal puas makan, dan sangat rakus menghabiskan semua tumbuhan yang bisa mereka temui, termasuk yang beracun. Ketika tumbuhan habis, mereka saling memakan satu sama lain. Ketika tidak ada rekan untuk dimakan, mereka sampai memakan tubuh sendiri. Para betina dengan agresif bertelur dan telur mereka menetas dalam siklus yang bersamaan. Dalam satu meter persegi tanah, bisa ditemukan 65.000-75.000 telur belalang!

Dalam dua hari saja, belalang menghabiskan seluruh tanaman di kota Yerikho, dan setelah itu mereka pindah ke kota lain. Setiap kali mereka berpindah kota, langit menjadi gelap, seolah malapetaka akan terjadi. Lalu datanglah pasukan pemusnah yang menghancurkan penghidupan orang-orang di daerah tersebut.

Belalang menggelapkan langit (1915)
Sebuah pohon, sebelum dan sesudah diserbu belalang (1915)

Dalam kondisi seperti itu, ditambah dengan berkecamuknya Perang Dunia pertama (1914-1918), kelaparan tidak bisa dihindari. Terjadilah Kelaparan Besar Gunung Libanon (1915-1918) yang menyebabkan kematian 200.000 penduduknya. Kahlil Gibran menulis sebuah puisi yang menceritakan betapa tragisnya peristiwa ini, berjudul “Rakyatku Telah Mati”.

Sebuah keluarga menderita karena Kelaparan Besar Gunung Libanon (1915-1918)

Ajakan Untuk Merendahkan Diri

Peristiwa mengerikan ini bukan pertama kalinya terjadi di Tanah Perjanjian. Ribuan tahun sebelumnya, pada zaman nabi Yoel, pernah terjadi wabah belalang di kerajaan Yehuda. Nabi Yoel menggambarkan betapa parahnya wabah belalang yang mereka alami:

Dengarlah ini, hai para tua-tua,
pasanglah telinga, hai seluruh penduduk negeri!
Pernahkah terjadi seperti ini dalam zamanmu,
atau dalam zaman nenek moyangmu?
Apa yang ditinggalkan belalang pengerip
telah dimakan belalang pindahan,
apa yang ditinggalkan belalang pindahan
telah dimakan belalang pelompat,
dan apa yang ditinggalkan belalang pelompat
telah dimakan belalang pelahap.
Sebab maju menyerang negeriku
suatu bangsa yang kuat dan tidak terbilang banyaknya;
giginya bagaikan gigi singa,
dan taringnya bagaikan taring singa betina.

Yoel 1:2, 4, 6

Wabah belalang yang menimpa Yehuda begitu parah, seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya. Belalang itu seperti pasukan yang ganas dan tidak kenal belas kasihan. Tidak ada yang tersisa di Yehuda, malapetaka dan kelaparan di depan mata mereka.

Apa yang muncul dalam pikiran orang saat mengalami bencana seperti ini? Apakah orang yang hidup santai tetap ingin santai? Apakah orang yang malas tetap bermalas-malasan? Apakah orang yang hidup dalam kejahatan tetap ingin berbuat jahat?

Yoel memanggil semua golongan orang, mulai dari para pemabuk sampai imam dan tua-tua, untuk meratap dan berpuasa, suatu tindakan yang menunjukkan kesungguhan mereka untuk mencari Allah dan memohon belas kasihannya. Nyawa mereka yang menjadi taruhannya!

Patung nabi Yoel meratap di Yad Hashmona, Israel

Lilitkanlah kain kabung dan mengeluhlah, hai para imam;
merataplah, hai para pelayan mezbah;
masuklah, bermalamlah dengan memakai kain kabung, hai para pelayan Allahku,
sebab sudah ditahan dari rumah Allahmu
korban sajian dan korban curahan.
Adakanlah puasa yang kudus,
maklumkanlah perkumpulan raya;
kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah TUHAN, Allahmu,
dan berteriaklah kepada TUHAN.

Yoel 1:13-14

Nabi Yoel mengingatkan kita, bahwa dalam kondisi yang sangat terdesak, Tuhanlah satu-satunya yang dapat memberi pertolongan. Siapa yang dapat memberi makan jutaan orang yang terdampak gagal panen, bila bukan Tuhan sendiri? Siapa yang berkuasa menyingkirkan pasukan pemusnah, yaitu para belalang, jika bukan Tuhan? Dalam kondisi seperti ini, yang bisa mereka lakukan hanya berlutut, meratap, berpuasa, berseru kepada Tuhan.

Nama Yoel berarti “TUHAN adalah Allah”. Hanya Dia yang berkuasa atas langit dan bumi, manusia dan semua binatang. Dia sanggup menghalau pemusnah yang paling kejam sekalipun. Dia satu-satunya yang sanggup menyelamatkan umat-Nya dari bahaya terbesar.

Hari TUHAN

Namun nabi Yoel tidak hanya berbicara tentang wabah belalang pada saat itu. Seganas-ganasnya wabah belalang, ada bencana lain yang lebih besar yang akan datang: ia menyebut datangnya Hari TUHAN.

Pada masa para nabi pra-pembuangan (dalam Alkitab kita, dari Hosea sampai Habakuk, juga Yesaya dan Yeremia), nabi-nabi telah berbicara tentang datangnya Hari TUHAN, tetapi orang Israel – sesuai dengan sifat mereka yang tegar tengkuk – tidak memperhatikan. Para nabi menyebut hari itu sebagai hari yang bermakna ganda.

  • Bagi umat Allah, hari itu adalah hari kelepasan dan keselamatan yang penuh sukacita
  • Bagi musuh Allah (dan musuh umat-Nya), hari itu adalah hari pembinasaan yang menakutkan

Berhubung pada saat para nabi bernubuat kondisi Israel dan Yehuda masih relatif aman (dalam pikiran mereka), maka mereka tidak menganggapnya serius. Mereka berpikir, Tuhan pasti selalu ada di pihak mereka dan menolong mereka – bagaimanapun mereka memperlakukan Dia. Hari TUHAN, bagi mereka, pasti adalah hari kemenangan. Seruan dari para nabi agar mereka bertobat, tidak mereka dengarkan.

Nabi Yoel mengingatkan bangsanya, betapa mengerikan penghukuman pada hari itu:

Wahai, hari itu!
Sungguh, hari TUHAN sudah dekat,
datangnya sebagai pemusnahan dari Yang Mahakuasa.
Tiuplah sangkakala di Sion
dan berteriaklah di gunung-Ku yang kudus!
Biarlah gemetar seluruh penduduk negeri,
sebab hari TUHAN datang,
sebab hari itu sudah dekat.

Yoel 1:15, 2:1

Hari TUHAN adalah hari pemusnahan. Tidak pernah muncul dalam pikiran bangsa Israel dan Yehuda bahwa akan datang waktunya mereka menyaksikan bangsa mereka dimusnahkan oleh musuh. Tidak pernah terbayang bahwa suatu hari mereka akan mendengar pekik perang (“Tiuplah sangkakala di Sion”) dan musuh menerobos kota mereka yang berkubu dan membantai mereka. Bukankah mereka umat Allah? Bukankah mereka dilindungi TUHAN?

Ilustrasi mayat bergelimpangan setelah perang

Yoel menegaskan bahwa pada saat hari pemusnahan itu datang, TUHANlah yang memimpin tentara pemusnah itu.

TUHAN memperdengarkan suara-Nya di depan tentara-Nya.
Pasukan-Nya sangat banyak dan pelaksana firman-Nya kuat.
Betapa hebat dan sangat dahsyat hari TUHAN!
Siapakah yang dapat menahannya?

Yoel 2:11

Pemusnahan pada hari itu begitu luar biasa, karena TUHAN sendiri yang turun tangan. Bila TUHAN menunjukkan murka-Nya, siapa yang dapat menahannya? Tidak akan ada yang tersisa pada hari itu.

Di depannya api memakan habis,
di belakangnya nyala api berkobar.
Tanah di depannya seperti Taman Eden,
tetapi di belakangnya padang gurun tandus,
dan sama sekali tidak ada yang dapat luput.

Yoel 2:3

Yohanes menyebutkan kembali wabah belalang dalam kitab Wahyu, namun kali ini bukan belalang natural yang ia maksud, melainkan kuasa kegelapan yang memanifestasikan diri dalam wujud yang menakutkan dan merusak.

Ilustrasi “belalang” yang menyiksa manusia dalam Wahyu 9

Lalu malaikat yang kelima meniup sangkakalanya, dan aku melihat sebuah bintang yang jatuh dari langit ke atas bumi, dan kepadanya diberikan anak kunci lobang jurang maut. Maka dibukanyalah pintu lobang jurang maut itu, lalu naiklah asap dari lobang itu bagaikan asap tanur besar, dan matahari dan angkasa menjadi gelap oleh asap lobang itu. Dan dari asap itu berkeluaranlah belalang-belalang ke atas bumi dan kepada mereka diberikan kuasa sama seperti kuasa kalajengking-kalajengking di bumi. Dan kepada mereka dipesankan, supaya mereka jangan merusakkan rumput-rumput di bumi atau tumbuh-tumbuhan ataupun pohon-pohon, melainkan hanya manusia yang tidak memakai meterai Allah di dahinya. 
Dan mereka diperkenankan bukan untuk membunuh manusia, melainkan hanya untuk menyiksa mereka lima bulan lamanya, dan siksaan itu seperti siksaan kalajengking, apabila ia menyengat manusia. Dan pada masa itu orang-orang akan mencari maut, tetapi mereka tidak akan menemukannya, dan mereka akan ingin mati, tetapi maut lari dari mereka.

Wahyu 9:1-6

Siapa yang akan mengalami siksaan yang dahsyat itu? Mereka yang tidak memakai meterai Allah di dahi mereka, yaitu mereka yang tidak termasuk ke dalam bilangan umat Allah. Bagi orang-orang itu, Hari TUHAN bukanlah hari kemenangan atau keselamatan, melainkan siksaan yang dahsyat dan mengerikan. Sama seperti wabah belalang, waktu yang diberikan pada “belalang” dalam Wahyu 9 itu hanya lima bulan (jangka waktu yang umum untuk wabah belalang), namun pasti terasa sangat lama karena penderitaan yang mereka timbulkan!

Tanda-Tanda Zaman

Di zaman sekarang, saat ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat maju, orang cenderung menilai segala sesuatu dari sudut pandang ilmiah. Fenomena alam seperti wabah belalang dianggap hanya sekedar fenomena, perilaku alam yang terukur dan tidak punya makna tertentu.

Namun Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa sebagai anak-anak Allah, kita harus menjadi orang yang sadar akan tanda-tanda zaman.

The Great Day of His Wrath oleh John Martin (1851)

Yesus berkata pula kepada orang banyak: “Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?

Lukas 12:54-56

Yesus menyebut orang banyak itu munafik. Mereka mau mengamat-amati segala sesuatu kecuali diri mereka sendiri. Orang-orang pada zaman Yesus bukan orang bodoh; mereka pun tahu membaca tanda-tanda alam seperti kita; mereka tahu bahwa ada penjelasan ilmiah di balik apa yang terjadi di alam. Namun Yesus mencela hikmat mereka itu. Bila mereka bisa memahami tanda-tanda alam, mengapa mereka tidak bisa memahami tanda-tanda zaman? Bila ada Yesus yang melakukan mujizat dan memberitakan Kerajaan Allah di tengah-tengah mereka, mengapa mereka tidak bisa memahami bahwa Kerajaan Allah sudah datang dan mereka harus bertobat?

Tuhan Yesus menyampaikan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Hari TUHAN itu akan segera datang:

– “Banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang.
– Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru. 
– Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku, dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. 
– Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. 
– Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. 
– Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.”

Matius 24:5-14

Apakah hal-hal di atas sudah terjadi? Kita bisa melihat kondisi zaman dan berkata dengan yakin: sudah, dan sedang terus terjadi. Bila demikian halnya, kesimpulan apa yang harus kita ambil?

Wahai, hari itu! Sungguh, hari TUHAN sudah dekat, datangnya sebagai pemusnahan dari Yang Mahakuasa.

Yoel 1:15

Karena itu marilah kita peka terhadap tanda-tanda zaman, dan dengarkan apa yang dikatakan rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Efesus:

Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu. Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.

Efesus 5:14-16

Leave a comment