Categories
Alkitab Nubuat

Hosea 4-7: Tuduhan Allah Terhadap Israel

Kitab Hosea secara garis besar dapat dibagi sebagai berikut:

  1. Pembukaan (rangkuman kitab ini): pasal 1-3
  2. Tuduhan terhadap Israel: pasal 4-7
  3. Vonis hukuman atas Israel: pasal 8-13
  4. Pemulihan: pasal 14

Istilah yang sering dipakai untuk Israel (kerajaan utara) adalah Efraim. Ini adalah nama anak bungsu Yusuf, putera Yakub yang diberkati sebagai anak sulung. Nama ini dipakai untuk kerajaan utara setelah pecahnya kerajaan Israel bersatu.

Seperti dalam infografis di atas, kerajaan Israel bersatu pecah pada masa Rehabeam, putera Salomo. Suku Yehuda bersama sebagian besar suku Benyamin dan Lewi menjadi kerajaan Yehuda di selatan, sedangkan sembilan suku lain menjadi kerajaan Israel dan sering disebut “Efraim”, dari nama putera Yusuf.

Kesalahan Israel

Tiga hal yang dituduhkan Allah kepada Israel, yaitu tidak ada kasih (חסד/chesed), tidak ada kesetiaan (אמת/emet) dan tidak ada pengenalan akan Allah (דעת אלהים/da’at Elohim). Tiga hal ini selalu berjalan beriringan.

  • Kasih berkaitan dengan hubungan antar manusia. Karena tidak ada kasih, maka orang-orang Israel saling merusak: orang tua merusak anak, anak kurang ajar terhadap orang tua, pemimpin menindas rakyat, pertumpahan darah dan kejahatan di mana-mana.
  • Kesetiaan berkaitan dengan keteguhan dalam perjanjian dengan Allah. Israel telah melupakan perjanjian dengan Allah mereka; mereka menyembah berhala, melacurkan diri, dan melakukan berbagai macam kejahatan dan ketidakadilan.
  • Pengenalan akan Allah berbicara tentang pengetahuan mereka akan hukum-hukum Allah (yang, bisa dibilang, nol besar) dan relasi dengan Allah – yang tidak mereka miliki. Mereka tidak mengasihi Allah, tidak tahu isi hukum-Nya, tidak menghargai perjanjian-Nya.

Penyembahan berhala adalah akar dari semua ini. Ketika Israel mulai menyembah berhala, mereka meninggalkan kesetiaan kepada Allah, tidak lagi peduli pada Taurat-Nya, dan mulai berbuat sekehendak hati mereka. Akibatnya negeri itu penuh kejahatan.

Penyembahan berhala dan pengorbanan bayi kepada dewa Kanaan

Ada tiga pihak yang dituntut Allah atas semua pelanggaran ini.

  1. Imam – karena merekalah yang seharusnya mengajar bangsa itu untuk mengenal Allah, tapi mereka malah menyimpang, menerima suap, dan menyalahgunakan wewenang mereka untuk berbuat jahat.
  2. Raja – karena mereka adalah orang-orang yang diberi kuasa untuk menghakimi rakyat atas nama Allah. Mereka malah menyalahgunakan kekuasaan untuk memperkaya diri dan menindas rakyat, serta mempromosikan penyembahan berhala.
  3. Rakyat – karena mereka juga dengan kesadaran sendiri menyimpang, menyembah berhala, dan saling menindas satu sama lain.

Singkatnya, tidak satupun dari penduduk Israel lolos dari tuntutan Allah, sehingga mereka semua akan kena hukuman.

Kekasih Yang Sakit Hati

Bila kita membaca kitab Hakim-Hakim, kita mungkin merasa jengkel melihat kelakuan Israel. Mereka menjalani siklus yang sama: mengkhianati perjanjian dengan Tuhan dengan menyembah berhala, Tuhan mengizinkan bangsa lain menindas mereka, Israel “bertobat” dan minta belas kasihan Tuhan, Tuhan mengirim hakim untuk menolong mereka. Ulangi lagi dari awal. Ini terjadi berulang-ulang kali, sampai kita berpikir, “Apakah Tuhan membiarkan diri-Nya dipermainkan oleh Israel?”

Demikian pula dalam nubuat Hosea, Tuhan menunjukkan kesedihan-Nya yang mendalam ketika Ia berkata,

Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar.

Hosea 6:4

Israel tidak mengasihi Tuhan. Tuhan tahu itu, karena pertobatan mereka hanya pura-pura; begitu mereka lepas dari kesusahan, mereka akan segera menyimpang lagi. Tuhan harus terus melihat penyelewengan umat-Nya dari waktu ke waktu:

Di antara kaum Israel telah Kulihat hal-hal yang mengerikan; di sana ada Efraim bersundal dan Israel telah menajiskan diri.

Hosea 6:10

Karena itu Tuhan menuntut Israel, dan akan menjatuhkan hukuman atas mereka. Namun tidak sebelum Ia menunjukkan keadaan mereka yang begitu rusak.

Perumpamaan Untuk Israel

Perumpamaan adalah menggunakan sesuatu untuk perbandingan dengan hal lain, yang biasanya menggunakan kata “seperti” atau “bagaikan”. Dalam Hosea 7 Tuhan memberikan perumpamaan yang menggambarkan keadaan Israel.

Mereka bagaikan dapur perapian yang menyala terus (Hosea 7:4). Perbuatan mereka yang terus-menerus berzinah dengan menyembah berhala dan melakukan berbagai kejahatan sangat mengherankan di mata Tuhan. Kurang lebih maksudnya, “Bagaimana mungkin suatu bangsa terus-menerus menyala-nyala dalam semangatnya untuk berbuat jahat?!”

Mereka bagaikan roti bundar yang tidak dibalik (Hosea 7:8). Orang Timur Tengah kuno biasanya membalik adonan roti tiap 10 menit, supaya rata matangnya. Metafora yang Tuhan berikan tentang Efraim menunjukkan bahwa mereka seperti roti yang bagian bawahnya gosong (karena tidak dibalik), sedang bagian atasnya dimakan habis – yaitu dimanfaatkan habis-habisan – oleh bangsa-bangsa di sekitarnya. Yang lebih parah, Israel tidak sadar bahwa keadaannya begitu buruk. Apa yang harus dilakukan dengan sisa bagian bawah roti yang gosong? Dibuang, tentu saja!

Roti bundar

Mereka bagaikan merpati tolol, tidak berakal (Hosea 7:11). Dalam usahanya untuk mempertahankan eksistensi bangsa, Israel berusaha mencari sekutu ke segala jurusan. Mereka mengirim utusan kepada raja Asyur, tapi juga kepada raja Mesir – yang merupakan musuh Asyur. Tuhan seakan berkata, “Sebenarnya kamu mau minta tolong kepada siapa? Kenapa mondar-mandir ke utara dan ke selatan?” Yang menyakitkan, mereka mencari bantuan dari bangsa lain, tapi tidak dari TUHAN, Allah mereka sendiri; bahkan mereka mencari pertolongan dari Baal, yang membuat Tuhan makin murka.

Kota-Kota Israel

Hosea menyebutkan banyak nama kota yang memiliki makna khusus. Untuk memahami kedalaman nubuatnya, penting bagi kita untuk mengerti apa yang terjadi di kota-kota yang ia sebutkan.

Samaria – adalah ibukota kerajaan Israel. Dalam kitab para nabi, ibukota kerajaan sering dipakai untuk mewakili seluruh kerajaan (misal, Yerusalem berarti seluruh wilayah kerajaan Yehuda; Damsyik berarti seluruh wilayah kerajaan Aram, dsb).

Gilead – adalah nama daerah, dan di situ ada salah satu kota perlindungan di sebelah timur sungai Yordan, di wilayah suku Gad. Kota perlindungan adalah kota yang ditetapkan Allah untuk berlindung bagi orang yang tidak sengaja menyebabkan kematian orang lain, sehingga ia tidak dibunuh oleh keluarga korban. Sungguh ironis bahwa di kota perlindungan seperti itu malah disebut “kota penjahat” dan “penuh jejak darah”!

Kota-kota perlindungan di Israel

Sikhem – kota ini adalah tempat tinggal para imam yang juga salah satu kota perlindungan di sebelah barat sungai Yordan. Pada masa para hakim, di kota ini terjadi pertumpahan darah ketika Abimelekh (anak Gideon) memerangi penduduk kota. Hosea berkata bahwa sekarang yang menjadi pembunuh di kota ini justru adalah para imam. Bila baik di sisi timur maupun barat sungai Yordan tidak ada lagi kota perlindungan, di mana umat Tuhan harus berlindung? Demikianlah rusaknya kondisi Israel pada waktu itu.

Mizpa – adalah kota di wilayah suku Benyamin. Di kota ini nabi Samuel mendirikan sebuah tugu yang ia namai Eben-Haezer (“sampai di sini Tuhan menolong kita”). Di kota ini pula raja pertama Israel, Saul, dilantik. Nama kota ini berarti “menara penjagaan”.

Reruntuhan kota kuno Mizpa di wilayah suku Benyamin

Gibea – juga di wilayah Benyamin. Namanya berarti “bukit”. Kota ini terletak di dataran tinggi, jadi dari situ orang Yehuda bisa melihat bila musuh datang. Kota ini terkenal dengan kejahatan kemanusiaan yang luar biasa dalam Hakim-Hakim 19, yang berakibat perang saudara antara 11 suku Israel melawan suku Benyamin.

Rama – juga di wilayah Benyamin. Namanya berarti “tinggi”. Mizpa, Gibea, dan Rama terletak berdekatan. Kota ini adalah kota asal nabi Samuel. Ketika Yehuda dibawa ke pembuangan ke Babel, penduduknya dikumpulkan di kota ini sebelum diberangkatkan ke Babel, sehingga nabi Yeremia menulis, “Beginilah firman TUHAN: Dengar! Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena anak-anaknya, sebab mereka tidak ada lagi” (Yeremia 31:15), karena Rahel adalah nenek dari Manasye, Efraim, dan Benyamin, dan di hari pembuangan itu ia kehilangan semua anak-anaknya.

Semua kota yang disebutkan di atas adalah kota-kota berkubu, yaitu kota yang memiliki tembok penjagaan untuk bertahan dari serangan musuh. Dan tentunya pada masa Hosea, di semua tempat itu ada pusat penyembahan berhala.

Bet-Awen – letak kota ini sekarang belum bisa dipastikan, namun ia dekat dengan dua kota lain, yaitu Betel dan Ai. Karena disebutkan bersama Gibea dan Rama (Hosea 5:8), kita bisa berasumsi tiga kota itu berdekatan. Nama kota ini berarti “rumah kejahatan”. Sebagian besar penafsir Alkitab menganggap Bet-Awen adalah nama hinaan untuk Betel (yang berarti “rumah Allah”) karena tempat yang seharusnya menjadi tempat menyembah Allah sekarang malah dipakai untuk menyembah berhala.

Beberapa kota yang disebutkan

Lembah Sitim – disebutkan dalam Hosea 5:2. Terjemahan bahasa Inggris rata-rata menerjemahkannya, “Para pemberontak mendalam dalam pembantaian mereka,” namun TB menerjemahkannya, “Lobang yang dikeruk di lembah Sitim.” Bila kita melihat peta di atas (Abel-Shittim), maka bisa jadi kedua artinya benar, karena Sitim berarti “pemberontakan”, dan lokasi lembah Sitim masih di sekitar kota-kota yang disebutkan di atas. Di daerah ini ada sejarah kelam Israel ketika mereka menyembah Baal-Peor pada zaman Musa.

Gunung Tabor – adalah gunung yang terletak di wilayah lembah Yizreel (anak sulung Hosea diberi nama Yizreel). Di wilayah ini pada masa para hakim terjadi pertempuran antara tentara Israel dibawah pimpinan Barak, melawan tentara Kanaan dibawah pimpinan Sisera. Hosea berkata bahwa imam dan raja Israel adalah “jaring yang dikembangkan di atas gunung Tabor”, karena mereka “menjebak” rakyat di wilayah mereka dan menyesatkan umat Tuhan dengan penyembahan berhala dan kekerasan.

Gunung Tabor

Adam – juga merupakan kota yang lokasinya belum bisa dipastikan. Ada juga yang beranggapan bahwa nama ini mengacu pada Adam, manusia pertama, yang melanggar hukum Allah. Perkiraan letak tempat ini adalah di sebelah utara Laut Mati (lihat peta di atas).

Nasib Israel

Sehubungan dengan semua tuduhan Tuhan terhadap Israel, termasuk kejahatan di kota-kotanya dan pelanggarannya yang besar, hanya ada satu jalan bagi Israel: jalan menuju penghukuman. Bukan dengan senang hati Tuhan menghukum umat-Nya, namun dengan air mata, seperti Hosea yang harus mengambil lagi isterinya yang melacurkan diri.

Leave a comment